Pencarian Tulisan

Rabu, 05 Oktober 2011


copas dari grup tetangga ^_^

Rindu Qur'an


Resume Taujihat  Ust. Mutamimul Ula
Tokyo - Meguro - Japan

Oleh: RATIH FITRIA PUTRI
Tilawah : QS 31 : 12 -16
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”

TEMA :
Kita sebagai ummat muslim harus meningkatkan perasaan rindu terhadap Al Qur’an. Dengan peningkatan rasa rindu terhadap Al Qur’an maka akan meningkatkan rasa rindu kita untuk berkarya terhadap lingkungan kita (Ibu, Bapak, Anak dan Keluarga serta Masyarakat).
Ada 3 pertanyaan yang mendasari terhadap SYU’UR QUR’AN (Kerinduan Terhadap Al Qur’an):
1.     Mengapa kita harus terus menerus meningkatkan syu’ur Qur’an (perasaan rindu terhadap Al Qur’an)
2.     Apa indicator kita untuk mengukur perasaan kerinduan kita terhadap Al Qur’an
3.     Bagaimana caranya kita meningkatkan kerinduan kepada Al Qur’an
I.   URGENSI MENINGKATKAN PERASAAN RINDU TERHADAP AL QUR’AN
1.     Alasan tuntutan dakwah
Kita memerlukan energy yang besar dalam berdakwah, dan salah satu sumber energy yang tidak habis adalah bersumber pada Al Qur’an. Dengan adanya rasa rindu kita kepada Al Qur’an menjadi sarana kita untuk mengisi energy kembali untuk melanjutkan perjuangan dakwah. Manhaj dakwah kita 2004 yakni salah satu criteria para aktivis dakwah adalah memiliki kemampuan berbahasa Arab dan dalam hal berinteraksi dengan Al Qur’an. Ada 6 muwashofat yang dicanangkan pada Manhaj Dakwah 2004.
1.     Membaca Al Qur’an dengan AHKAMnya, yakni membaca Al Qur’an sesuai dengan hukumnya (TAJWID & TAHSIN).          
2.     Kemampuan Kader dalam membaca Al Qur’an satu juz perhari dan menguasai maknanya.
3.     Memiliki hafalan dengan target setiap kader 7 juz.
4.     Hafalan dan Ilmu terkait dengan interaksi Al Qur’an yang dimiliki oleh setiap kader diharapkan dapat diaplikasikan sesuai dengan keahlian kader, misal: seorang astronom menggunakan landasan QS Yusuf : 5-6
5.     Memilikinya “KEKOKOHAN KADER” dalam beragumentasi dilandaskan dengan adanya kader yang memiliki hafalan Al Qur’an dan Hadits yang shohih. Ciri orang yang berilmu jika ditanyakan sesutau maka ia akan menjawab.
Landasan kesungguhan kader menuntut Ilmu yakni QS AL MUJADILLAH : 11
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Keluarga Kader PK Sejahtera dituntut mampu menjadi teladan dan dapat memainkan peran aktif dalam perbaikan masyarakat, oleh karena itu harus ada panduan bagi keluarga kader agar mampu mengatasi problematika internal yang disebabkan oleh kurangnya kompetensi berkeluarga.
  1. Basis penegakkan nilai-nilai Islam artinya adalah, keluarga tersebut ditegakkan di atas nilai-nilai Islam dimana keluarga tersebut juga melahirkan individu yang berkomitmen menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya di masyarakat dan memiliki kepedulian untuk mengajak orang lain menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat
  2. Nilai-nilai Islam adalah nilai-nilai yang mencakup aqidah, syariah dan akhlaq Islam.
  3. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang harus dimiliki oleh setiap kader
   Kewajiban kita terhadap AL Qur’an:                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
1.     Meyakini kebenaran Al Qur’an.
2.     Membacanya terus menerus (dalam hal ini kita dianjurkkan menghafal Al Qur’an)
3.     Melaksanakan segala amalan yang diperintahkan dalam Al Qur’an.
4.     Menyebarkannya melalui dakwah.
II.      INDIKATOR PERASAAN KERINDUAN TERHADAP AL QUR’AN
a.       Apakah kita sudah membayangkan tentang apa saja yang akan terjadi ketika hari kiamat itu terjadi? Sudahkan kita memikirkan perasaan kita terhadap kepedihan siksa kubur dan sakaratul maut? Sudahkah ada dihati kita membayangkan kepedihan ketika berkumpul di padang masyar dan saat yaumul hisab?
 LANDASAN  SYAR’I:
QS 75 : 1-21
Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus. Ia bertanya: "Bilakah hari kiamat itu?" Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat lari?" Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!,  Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.  Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya. Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.”
 QS 80 : 33-42
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (QS 8 0: 33-42)
Rasa–rasa kepedihan ini tidak ada satu pun yang dapat menyelamatkan kecuali dengan adanya syafa’at, dan salah satunya yakni bagi yang sering berinteraksi dengan Al Qur’an maka saat di akhirat mendapatkan syafa’at lindungan dari api neraka.
b.        Apakah di hati kita sudah timbul perasaan iri kepada orang yang memiliki “intensitas terhadap interaksi terhadap Al Qur’an” lebih baik daripada kita?
Kita tidak boleh memiliki hasad terhadap hal duniawi (misal: Harta, pangkat dan jabatan), TAPI kita diperbolehkan untuk memiliki rasa hasad/iri hati dalam hal kebaikan (misal: mennginginkan untuk dapat melakukan amalan ibadah seperti orang lain yang lebih dari kita)
c.         Apakah kita sudah memiliki rasa “sedih” jika suatu hari kita tidak sempat membaca Al Qur’an?
Dalam hal ini berkaitan dengan urgensi “KEIMANAN”. Bagaimana kita dihadapkan dalam berbagai pilihan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat ada taklimat untuk hadir Jalasah Ruhiyah, apakah kita memilih untuk hadir atau lebih memilih pada hal keduniawian?? ^__^
“Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, "Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam." Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu." Kemudian dia bertanya lagi, "Kini beritahu aku tentang Iman." Rasulullah Saw menjawab, "Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya." Orang itu lantas berkata, "Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan." Rasulullah berkata, "Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang Assa'ah (azab kiamat)." Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang tanda-tandanya." Rasulullah menjawab, "Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw lantas berkata, "Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian." (HR. Muslim)
Apakah kita pernah menghitung berapa banyak informasi kita tentang Al Qur’an jika dibandingkan dengan informasi keduniaan yang selalu bersemayam di Otak kita???
III.     BAGAIMANA CARA KITA MENINGKATKAN RASA KERINDUAN TERHADAP AL QUR’AN
                                    
a.     Dimulai dari diri pribadi sendiri, yakni membiasakan untuk mempelajari Al Qur’an dan Hadist dan belajar bahasa Arab. Setiap orang memiliki waktu 24 Jam namun “PRESTASI” interaksi terhadap Al Qur’an setiap individu berbeda-beda.
b.     Manfaatkan semua momentum untuk membaca, memaknai, menghafalkannya dan mengamalkannya.
c.      Memberikan Qudwah atau mencotohkan kebaikan kepada orang lain untuk mencintai Al Qur’an, karena bahasa keteladanan lebih baik dan efektif jika dibandingkan dengan bahasa perintah. Mengajarkan Al Qur’an baik dengan mengenalkan huruf maupun tasmi’ Qur’an (yakni mengajarkan huruf Al Qur’an dan mengajarkan apa yang terkandung didalam Al Qur’an).
d.     Membentuk bi’ah (lingkungan) yang cinta terhadap Al Qur’an.
e.      Memberikan nasihat-nasihat tentang keutaman-keutaman Al Qur’an.
f.       Membiasakan segala hal dalam lingkungan yang menjungjung tinggi “kebaikan”. Kebaikan menjadi landasan utama dalam beramal.
g.     Reward dan Punishment terhadap amalan harian yang telah kita mutaba’ah.
h.     Berdo’a dengan tiada terputus mengaharapkan anugrah kenikmatan dalam beribahah, nikmat iman, islam dan ihsan.
Catatan Khusus:
Pengalaman ustadz untuk mengajarkan anak-anaknya selalu dalam berada lingkungan yang cinta dengan Al Qur’an. Ustadz lebih mengutamakan anak-anaknya untuk belajar di lingkungan pesantren. Sehingga mereka mencintai juga bahasa arab dan mudah untuk menghafal Al Qur’an. Mahir berbahasa arab sangat membantu kita untuk menghafal Al Qur’an.
SETIAP ORANG TUA PASTI MENGINGINKAN ANAK-ANAKNYA MENJADI LEBIH BAIK DARI DIRINYA (BAIK DARI SEGI AGAMA MAUPUN HAL LAINNYA)… BINALAH ANAK-ANAK KITA UNTUK SELALU MENCINTAI AL QUR’AN….
Wallahu’alambishowab….
Barakallahu fiik….
Semoga Bermanfa’at… Amiin yaa Rabb…
Tokyo, 28 Ramadhan 1431 H
*Catatan Kecil Bagian ke-2 Seri Ramadhan: “ratih_nabila on Web PIP  Jepang”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment