Pencarian Tulisan

Kamis, 30 Juni 2011

WAKTU YANG TEPAT

Berikut sebuah pesan singkat yang mulai beredar dikalangan Mahasiswa Akhir Tahun.
“Untuk diRenungkan”
Setidaknya satu lembar setiap malam. Renungkan dan mulailah menuliskannya. Bukankah janji kita ingin menjadi SARJANA? Jangan sampai membuat mereka meneteskan air mata. Bukankah harapan mereka tidak mengada-ada? Hanya ingin melihat kita menjadi SARJANA! Baju Toga itu, mengeringkan semua keringat mereka, menghapus air mata mereka. Meski itu tidak cukup untuk membayar semua pengorbanan mereka. Namun  dengan itu kita dapat membuat mereka tersenyum bangga. Bukan emas dan permata sebagai bentuk balas jasa. Hanya kata sederhana SARJANA!

Lupakah kita waktu mereka mengantarkan ke kota. Mereka pulang lalu bercerita pada siapa saja yang ditemuinya bahwa anak mereka sekarang kuliah dan jadi calon SARJANA. Mereka lalu menjual apapun yang ada, mereka mulai menghemat uang belanja, memberikan yang terbaik buat ANAKNYA. Hanya untuk menjadi SARJANA.
LUPAKAH KITA?
Tersindir rasanya ketika membaca kalimat panjang yang dikirim seorang sahabat. Sedih dan kecewa kepada diri sendiri. Berurai air mata ini. Mulai teringat lagi ketika awal mejadi mahasiswa. Apa yang salah? Dimana yang tidak benar dan Bagaimana seharusnya?
Tahun ini, berat. Sangat berat malah. Semuanya mulai terasa menjadi prioritas. KULIAH, PENELITIAN, PROPOSAL dan TUGAS AKHIR. Mulai membiasakan telinga, hati dan pikiran dengan kata-kata yang terangkai dalam kalimat-kalimat yang terasa sangat menusuk di kalbu. Tapi memang itulah nyatanya.
Menahan rindu untuk pulang ke Kampung Halaman, menghindari hadir didepan teman-teman sesering mungkin, dan membatasi segala komunikasi yang diprediksi akan menimbulkan berbagai pertanyaan seperti : Kapan Wisuda? Sudah Proposalkah? Bagaimana penelitian? Apa judul Tugas Akhir? Sudah sampai dimana Tugas Akhirnya? Hmm… Kasihan kepada perasaan sendiri. SEDIH. Berusaha kembali menguatkan hati.
Muncul rasa iri dan cemburu melihat teman-teman yang dengan begitu lancarnya menyelesaikan Tugas Akhirnya. Dan bertanya seraya menyalahkan diri sendiri “MENGAPA BUKAN AKU????”. Muncul pikiran-pikiran buruk dan tidak sepantasnya di pikiran ini. Mulai meragukan teman-teman yang telah melangkah lebih dulu. Menjaga jarak dan silaturrahmi. Menggangap nasihat mereka sebagai sikap yang menggurui dan salah.
Menata kembali hati, pikiran dan langkah-langkah menjadi SARJANA. Merenung. Tidak ada yang salah sebenarnya. Hanya kita yang belum maksimal dan mendapatkan batu sandungan disetiap langkah kita. Semoga saja benar.
Teringat masa-masa yang telah terlewatkan. Membagi waktu dan pikiran di dunia yang berbeda. KULIAH dan ORGNISASI. Rasanya tidak ada yang tersia-siakan. Semua sudah pas pada porsinya. Hmm, entahlah. Mungkin ada beberapa waktu yang tersita untuk organisasi. Mungkin pikiran yang mulai merasakan bosan untuk kuliah sementara organisasi memberikan pengalaman baru yang memiliki pesona berbeda. Mungkin. Sebenarnya bukan mungkin. Tapi memang seperti itu nyatanya.
Teringat lagi masa-masa sebelumnya. Pesan dan nasehat ayah-bunda sebelum beranjak untuk menuntut ilmu. “Belajar yang serius anakku. Belajar yang rajin. Jangan tinggalkan sholat dan selalu berdoa serta membaca Alquran. Bergaul dengan teman yang baik dan sesuai. Ayah-bunda percaya padamu. Kebebasan yang diberikan, karena memang kamu sudah dewasa. Jadi bertanggungjawablah”. Pesan yang dahulu terasa hanya biasa saja kini mulai memiliki makna yang berbeda. Seperti sebuah amanah yang amat berharga.
Ayah-bunda, sebenarnya ananda kuliah dengan seperti yang ada. Belajar dengan semestinya, serta berdoa dan menjalankan pesan-pesan itu. Tapi,, Ayah-bunda ananda juga ikut di suatu organisasi. Rasanya inilah yang ananda ingini selain hanya kuliah saja. Organisasi sebagai Tempat ananda mengasah rasa peka dan peduli, memunculkan pemikiran-pemikiran kretif dan inovatif, mengembangkan diri serta menambah ilmu yang tidak diberikan di bangku kuliah. Organisasi tempat ananda menemukan keluarga baru. Tempat ananda berkeluh-kesah dan berbagi semuanya, ada suka, duka dan ada cerita. Organisasilah tempat ananda melampiaskan rasa rindu, ketika rindu kepada Ayah-bunda tidak bisa ditahan lagi.
Ayah-bunda, memang pikiran ananda terbagi. Memikirkan kuliah juga memuikirkan hal yang lainnya. Tapi sudah sepantasnya ananda memikirkan ini. Memikirkan kita, orang lain dan bangsa ini. Memang terdengar lucu. Memikirkan bangsa?? Tapi memang begitulah ananda saat ini. Meskipun belum memberikan perubahan besar buat bangsa ini. Tapi, Ayah-bunda, ananda belajar peduli, merasakan dan mencari solusi untuk permasalahan orang lain.
Ayah-bunda, terkadang waktu, uang dan kesempatan yang ada juga ananda bagi. Bolos kuliah, yang bukan hanya sekali. Tapi berkali-kali. Bukan karena malas, Ayah-bunda. Tapi karena ada hal lain yang mesti dikorbankan untuk diri ini dan orang lain. Menyisihkan uang yang Ayah-bunda kirimkan bahkan terkadang membuang kesempatan yang ada demi hal ini. Maafkan ananda, Ayah-bunda. Bukan tidak menghargai atau menghormati Ayah-bunda. Bukan menyia-nyiakan kepercayaan Ayah-bunda. Tapi inilah yang ananda butuhkan dan inilah kewajiban ananda sebagai manusia dan generasi muda bangsa ini.
Ayah-bunda tahu ananda bukan anak yang bodoh, nakal, apalagi durhaka. Butuh waktu lama untuk wisuda bukan karena ananda tidak serius atau bermain-main. Rasanya ada hal yang harus dan menjadi kewajiban bagi ananda untuk melaksanakannya. Untuk membagi pikiran dan waktu ananda. Ananda berharap Ayah-bunda mengerti dan memahami. Setiap pertanyaan Ayah-bunda mengenai kuliah ananda jawab sebagaimana adanya. Beginilah kondisinya.
Ayah-bunda, ananda punya banyak cerita mengenai keluarga baru ananda (organisasi) yang tidak tahan rasanya ingin ananda ceritakan. Tapi sedikit kecewa ketika Ayah-bunda menanggapinya biasa-biasa saja. Ananda punya teman, pernah bertemu dengan orang hebat dan sukses, pernah kesana-kesini, pernah mengangkatkan berbagai acara, dan pernah melakukan berbagai hal yang orang lain tidak melakukannya. Bahkan mereka tidak punya kesempatan untuk itu. Ananda tidak pernah menyesal, Ayah-bunda. Membayar cukup setimpal untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman ini. Sama sekali tidak pernah menyesal. Tapi ananda takut, Ayah-bunda tidak lagi percaya. Kecewa dan sedih. Itu yang ananda takutkan.
Percayakah Ayah-bunda, setiap hari ananda merenungkan ini. Setiap kali Ayah-bunda menelpon ananda menangis sesudahnya. Setiap malam mengejar ketinggalan-ketinggalan ananda selama kuliah ini. Jika ada matakuliah yang nilainya rendah, bukan karena ananda bodoh atau malas. Tapi karena ananda melebihi batas absen dan tidak boleh ujian. Ananda ingin menjelaskan. Ananda ingin Ayah-bunda mendengarkan. Cukup itu. Cukup Ayah-bunda percaya bahwa apa yang ananda lakukan itu benar. Dan memang itulah yang harusnya nanda lakukan.
Maafkanlah ananda, Ayah-bunda. Ampuni ananda. Tidak ada niat terlintas sedikitpun untuk membuat kecewa, sedih apalagi marah. Sekarang ananda sedang berjuang. Berjuang mendapatkan apa yang sama-sama kita cita-citakan. Doakan ananda, Ayah-bunda. Terimakasih buat semuanya. Terimakasih sebesar-besarnya. Ananda tahu tak akan sanggup membalasnya.


Didedikasikan : untuk Saudara/I ku. Kita masih berjuang dan perjuangan ini belum selesai. Sama sekali kita belum melakukan apa-apa untuk diri kita, orang tua kita, bangsa dan agama kita. Semangat!! Semoga ridho Allah dan orangtua bersama kita. Amin ya allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment